Senin, 27 Agustus 2012

Pendidikan karakter dalam Permainan Tradisional

     Permainan sangatlah erat hubungannya dengan peserta didik mulai tingkat Playgroup sampai mahasiswa di tingkat perkuliahan maupun orang dewasasekalipun. Tak jarang peserta didik bahkan mahasiswa rela bolos kuliah karena keasyikan bermain. Peserta didik biasanya menjadikan bermain sebagai salah satu cara untuk melepaskan rasa penat yang dirasakannya. Waktu istirahat di sekolah selain untuk makan dimanfaatkannya untuk bermain.
       Permainan yang peserta didik pilih secara sadar maupun tidak memberikan pengaruh yang cukup berarti pada perkembangan sosial mereka. Saat ini banyak sekali pilihan permainan yang bisa dimainkan oleh peserta didik mulai dari yang permainan modern sampai yang lebih modern lagi atau bahkan permainan tradisional yang hampir punah seiring perkembangan zaman.
Ada beberapa permainan tradisional, seperti: Balap Karung, Batok Kelapa, Bentengan, Congklak, Egrang, Galasin, Gasing, Gatrik, Makan Kerupuk, Panjat Pinang, Perang Bantal, HYPERLINK “http:// mainyuk.byethost14.com/ petak%20umpet2.html” Petak Umpet, Sepeda Lambat, Tarik Tambang dan Ular Naga (Harnandito, 2009).
          Bagaimana nasib permainan tradisional saat ini? Jarang kita temukan jenis permainan tersebut, dimainkan oleh anak-anak khususnya yang mengenyam pendidikan di perkotaan. Bahkan bila ditanya tentang salah satu jenis permain tradisional tersebut mereka akan menjawab “Permainan apa tu? Nggak gaul de..”
         Jangan remehkan permainan tradisional, karena banyak sekali pendidikan karakter yang bisa diajarkan kepada peserta didik melalui permainan tersebut. Salah satunya pendidikan karakter dalam permainan Congklak. Permainan ini dimainkan oleh dua orang dengan menggunakan papan yang dinamakan papan congklak dan biji congklak sebanyak 50 (10x5), idealnya 98 (14 x 7) namun jumlah biji berbeda- beda tergantung jumlah lobang yang ada pada papan congklak (Dwipeni, 2009).
        Permainan Congklak mengajarkan tentang bagaimana  cara kita membagi rizki yang kita miliki. Rizki yang kita peroleh, dibagi untuk kebutuhan kita sendiri satu-satu (tidak perlu berlebih), diwakilkan ketika kita meletakkan satu biji ke lobang di sebelah kanannya dan seterusnya. Ketika rejeki itu berlebih kita boleh menyimpannya di lumbung (lobang besar) lagi-lagi cukup satu dan jika kita masih mempunyai lebihnya, bagikan ke saudara, tetangga, teman dan lain-lain (ditandai dengan meletakkan satu biji ke setiap lobang papan congklak milik teman di hadapan kita) namun kita tidak diperbolehkan meletakkan biji di dalam lumbung milik kawan kita. Kewajiban si empunya untuk menghidupi dirinya sendiri, yang disimbolkan sebagai tabungan (Dwipeni, 2009).
         Permainan tradisional adalah permainan yang penuh nilai-nilai dan norma-norma luhur yang berguna bagi anak-anak untuk memahami dan mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan (Harnandito, 2009). Permainan yang diciptakan oleh leluhur bangsa ini pun berdasar atas banyak pertimbangan dan perhitungan, karena leluhur kita mempunyai harapan agar nilai-nilai yang disisipkan pada setiap permainan tersebut dapat dilaksanakan anak-anak dalam setiap tindakan dan perbuatannya dengan penuh kesadaran atau tanpa adanya paksaan.
         Permainan tradisional melatih kita untuk bergerak,menggunakan fisik dan aktif agar tubuh pun menjadi sehat serta melatih anak untuk saling bekerja sama, bertenggang rasa, bertoleransi, mengerti kondisi teman-teman sebayanya dan merasa senang (Saputra, 2011).
(Dimuat di koran pendidikan Selasa, 10 April 2012).

Memanfaatkan Facebook untuk UN