Rabu, 03 Maret 2010

CALON GURU DI BALIK KAMPUS PUTIHKU

Anugerah Kampus Unggulan (AKU) yang sudah dua tahun ini, dipertahankan oleh Kampus Putih Universitas Muhammadiyah Malang menjadi salah satu tolak ukur publik, untuk melihat fenomena yang ada di kampus naungan Lembaga Yayasan Muhammadiyah yang cukup tua di negeri ini.

Untuk memperoleh penghargaan tersebut, Kampus Putih sudah pasti melakukan banyak terobosan dan dituntut lebih memberikan ekstra ilmu pengetahuan yang kompleks, tidak hanya mendapatkan pengetahuan berupa teori saja. Karena yang dibutuhkan saat ini adalah manusia yang handal dalam segala aspek, untuk dapat mengendalikan dan meminimalisir berbagai marah bahanya terlepas dari kuasa-Nya.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan sebagai salah satu jurusan terlaris pada Periode 2009-2010 ini, sehingga mengalami kenaikan jumlah peminat yang memilih masuk di beberapa jurusan yang berada di bawah panyung FKIP ini.

Guru saat ini, dituntut untuk dapat melaksanakan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Meyenangkan). Melaksanakan suatu teori, bukanlah hal yang mudah. Maka, FKIP-UMM memberikan kesempatan kepada mahasiswanya untuk menempuh mata kuliah PPL (Program Praktik Lapang).

Kegiatan PPL ini, dimaksudkan untuk memberikan pengalaman secara langsung kepada para mahasiswa yang rata-rata sudah menempuh semester tujuh, sehingga bisa merasakan bagaimana dan hal apa yang perlu disiapkan sebagai bekal menjadi calon guru, yang nantinya dapat benar-benar menjadi seorang pendidik profesional.

PPL yang sudah dilaksanakan beberapa bulan di tahun ini, diikuti oleh 371 mahasiswa FKIP asal Jurusan Biologi, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematikan dan Komputansi. Tim PPL-FKIP membaginya menjadi kelompok-kelompok yang ditempatkan di 23 sekolah di Malang Raya dan Batu, setiap kelompok beranggotakan 12, 14, bahkan 16 mahasiswa dari jurusan yang berbeda dalam satu sekolah yang tingkatannya juga berbeda (SLTP/MTs dan SLTA/MAN/SMK).

Pendidikan sekarang ini, naik daun karena adanya penyetaraan dan sertifikasi guru dan dosen dengan diberikan tunjangan profesi. Namun, dibalik imbalan fisik yang direncanakan pemerintah, seorang pendidik harus benar-benar menjalankan amanat dan menikmati serta bertanggung jawab untuk menjalankannya dengan optimal dan usaha yang keras.

Penulis, sebagai salah satu peserta PPL yang kebetulan ditempatkan di SMP Negeri 13 Malang, mendapatkan banyak pengalaman berharga yang tiada tara. Begitu indahnya pengalaman dan pelajaran yang tersirat didalamnya. PPL ini, memberikan kesempatan kepada para praktikan untuk dapat mempraktikkan teori tentang KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) yang diperolehnya di bangku kuliah, untuk diterapkan di dunia nyata pendidikan (sekolah) dan juga belajar memperbaiki kekurangan dalam implementasi menjadi seorang calon pendidik bangsa ini.

Jauh sekali dari teori yang ada, bila ada satu masalah yang mengakibatkan proses pembelajaran berlangsung tidak efektif. Kondisi seperti ini, memerlukan penangan spontanitas dan tepat sasaran serta strategi yang pas juga. Tapi, tak semudah membalikkan tangan, dengan berbekal tekad, kesabaran, dan percaya diri. Para praktikan mampu meminimalisir beberapa permasalahan yang ditemukan di lapang tanpa menimbulkan masalah baru yang lebih sulit untuk diselesaikan, seperti perbedaan pendapat dengan siswa atau sampai bertengkar dengan siswanya, tidak ada kejadian seironis itu selama kegiatan PPL ini berlangsung, kalaupun ada hal itu dapat memupuk kemampuan menahan emosi dan mengerti perbedaan dalam diri siswa itu sendiri.

Praktikan dapat belajar bagaimana mempersiapkan segala perangkat pembelajaran mulai dari cara pembuatan pekan efektif, program semester, program tahunan, silabus, rancangan proses pembelajaran, evaluasi, pembuatan kisi-kisi soal, kartu soal, analisis skor tes, dan analis butir soal yang dibuatnya.

Bagi segenap praktikan, tidak sedikit yang mengeluh dengan berbagai tugas yang harus dipersiapkannya sebelum melakukan praktik mengajar di kelas. Selain itu, untuk belajar mengatasi suatu masalah yang terjadi pada seorang anak didik, maka praktikan diminta untuk melakukan studi kasus di sekolah tempat melaksanakan PPL-nya.

Konon ketika penulis, masih duduk di SD sampai SMA berpikiran, bahwa enak juga jadi guru memberikan tugas banyak-banyak kemudian ditanda tangani sudah, tidak ada lagi yang harus dipikirkan. Namun, setelah melaksanakan praktik ini pikiran itu berubah menjadi sebuah tombak yang menusuk sanubari untuk berusaha lebih keras dan ulet lagi, jika memang ingin menjadi pendidik profesional yang dicita-citakan sejak duduk di bangku SD.

Penulis berharap, kepada Tim PPL-FKIP-UMM mendatang, untuk lebih banyak membimbing dan memberikan kritikan membangun, begitu juga dengan para guru pamong yang bertugas memberikan bimbingan di sekolah tempat PPL dilaksanakan. Selebihnya, tiada kata lain selain ucapan terima kasih banyak kepada Kepala Sekolah SMPN 13 Malang, dan segenap guru BK (Bimbingan Konseling) serta Guru Pamong yang sudah meluangkan waktuny, untuk membimbing dan mengoreksi laporan studi kasus dan perangkat pembelajaran yang sudah kami buat, serta Pak DPL PPL-FKIP-UMM di SMPN 13 Malang.

Jangan mau jadi guru, tapi jadilah pendidik yang profesional serta jangan pernah mau menjadi pendidik hanya karena beberapa tunjangan yang akan diberikan kepada guru dan dosen yang sudah disertifikasi. Tapi, lihatlah sejauhmana Anda mampu menjadi tauladan, fasilitator, dan pengarah saat peserta didik dihadapkan dengan berbagai macam kesulitan untuk dapat menerima dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang Anda transfer.

Tugas seorang pendidik, tidak hanya mengajar, kemudian selesai. Tapi bagaimana siswa mampu mengaplikasikan semua ilmu pengetahuan itu ke dalam sosialnya, seperti bertutur kata, bersikap, dan hasil belajarnya sebagai wujud dari keberhasilan seorang pendidik.

*Penulis : Mahasiswa Jur. Pend. Biologi – FKIP – UMM
(Juara 3 Microteaching Biologi Nasional di UPI-Bandung Tahun 2009)

Selasa, 09 Februari 2010

ITUKAH PILIHAN?


Manusia dilahirkan itu, berawal dari sebuah pilihan. Hidup ini selalu diliputi pilihan dan kesepakatan. Pilihan itu, sering orang berikan dengan berbagai macam pertimbangan dan kesepakatan. Pilihan diberikan, karena dirasa ada satu hal yang berbeda dibandingkan dengan sesuatu lainnya yang terlihat secara abstrak maupun nyata.

Pilihan, bukanlah suatu hal yang muda untuk bisa dilakukan dan diberikan kepada setiap hal yang akan kita tetapkan suatu putusan, khususnya dalam pilihan menentukan pasangan hidup. Banyak sekali pertimbangan untuk dapat menetapkan pasangan hidup, mulai dari pertimbangan kenyamanan, keamanan, ketentraman batin penentu pilihan itu, juga persetujuan orang tua dan keluarga besar, jika kebetulan kita berada dalam naungan keluarga berdarah biru (elit).

Pilihan era sekarang, ternyata masi bergandengan dengan jadul (jaman dulu), dimana orang masih melihat asal-usul pasangan yang akan dipilih oleh putra-putrinya hanya sebatas fisik dan harta serta seberapa besar persentase kemampuan calon menantu itu bisa memberikan kebahagian, khususnya bagi wanita yang akan dijadikannya sebagai pasangan hidupnya (saat ini masih ada).

Islam mengajarkan bagaimana cara memilih pasangan hidup, sebagaimana dijelaskan dalam Firman Allah, yang artinya " Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula) (QS. An Nuur: 26).

Setelah membaca ayat di atas, jangan dimaknai secara konteks tual saja. Namun,jika coba kita telaah secara fenomenal kehidupan. Tidak sedikit kita manusia yang melakukan kesalahan yang membawa kejurang kesesasatan, seperti melakukan hubungan di luar nikah dengan pasangan hubungan kita. Bagi siapapun yang pernah melakukan hal tersebut. Bukan berarti kita sudah pasti akan mendapatkan calon yang juga sama dengan kita. Namun, ingatlah bahwa Allah Maha Menerima Taubah hamba-Nya yang memohon ampun kepada-Nya.

Maksudnya, hubungan semacam itu dihentikan dan memohon ampun kepada-Nya. Hanya saja, fersi manusia yang selalu merasa lebih tahu, sering melontarkan kata-kata yang tidak enak didengar. Ingatlah, kesalahan dan dosa seperti kejadian di atas. Itu adalah dosa hamba kepada Tuhan-Nya, untuk itu bukankah yang berhak dan pemberi ampunan itu hanya Allah semata.

Sebaliknya, jangan karena peristiwa itu menjadi manusia yang pasrah dan putus-asa dengan berpikir tidak ada harapan lagi untuk mendapatkan pasangan yang lebih baik. Tapi, kita pun juga bisa menjadi pasangan seperti ayat terakhir, bila kita bertaubat dan baru kemudian menikah dengan pasangan hidup kita. Ingat, jangan pernah jadikan kesalahan dan dosa itu sebagai sumber pembenaran untuk kita lebih tersesat dan bermalam dalam dunia gelap lebih lama. Karena penguasa kehidupan ini, adalah Allah dan yang Tahu takdir itu hanya Allah, kita sebagai manusia sudah menjadi kewajiban untuk selalu bersabar dengan tetap berusaha berada di jalan yang benar dan diridhai-Nya dengan diberikan petunjuk-Nya.

Tulisan ini, bukan mermaksud memihak kepada pelaku. Namun, bermaksud memberikan pencerahan agar dunia gelap itu, tidak semakin marak karena alasan Aku sudah tidak lagi suci atau hal lain, yang sebenarnya masih bisa diuasahan untuk dapat menempuh jalan yang akan membawa kita dalam kehidupan yang penuh kebahagiaan, kenyamanan, dan selamat dunia akhirat, amien...

Selasa, 26 Januari 2010

PRASANGKA?


Tak jarang kita mendengar pasangan kita bilang, Aku kenal kamu tidak hanya sehari dua hari...tapi, tak jarang pula kita berprasangka dengan pasangan kita. Suatu proses memang melalui waktu yang cukup lama, untuk itulah dibutuhkan kesabaran dan kekuatan untuk dapat memahami seorang pasangan kita.

Setiap orang memang sudah beda dalam menyikapi setiap masalah, tapi adanya suatu hubungan itu bukan untuk merombak segala yang sudah lebih awal terbentuk jauh sebelum kita bertemu dengan orang yang lebih sering kita jumpai, padahal ortu kita begitu banyak berkorban untuk bisa memberikan kasih sayang,kesenangan sampai kita menjadi besar dan tumbuh seperti sekarang ini.

Pertemuan tak pernah ada yang tahu, siapa dan dengan siapa akan Allah pertemukan. Pasangan biasanya identik dengan suatu hubungan yang mungkin sebagian orang menilai itu awal dari suatu keseriusan menuju jenjang yang lebih (nikah), tapi lamanya suatu hubungan tak pernah menjamin terjadinya perjodohan. Namun, kita manusia hanya bisa berencana dengan berusaha maksimal untuk mewujudkan bersama ridha-NYa tentang semua harapan dan impian yang akan kita raih bersama pasangan kita.

Pasangan tak hanya dinilai dengan seberapa sering kita jalan, namun pasangan membutuhkan suatu komitmen bersama yang akan memberikan dorongan ke arah yang lebih terfokus. Pasangan tak hanya berprasangka, jangan pernah mengatakan pasangan kita sudah tidak lagi suka dan cinta sama Aku. Padahal itu hanya prasangka sepihak, tak jarang kita suka menyimpulkan ketika melihat seseorang melamun, lesu, capek pasti sebagian orang bilang kalau orang itu lagi sakit atau mungkin ada masalah. Padahal kalau coba kita bertanya langsung sama yang bersangkutan prasangka kita bisa jadi benar dan bisa juga jadi berbeda dengan kebenaran yang dialami orang tersebut.

Pasangan membutuhkan keterbukaan, namun jangan pernah menilai keterbukaan itu dari kesamaan kita dalam mempresepsikan sesuatu, karena setiap orang punyak sudut pandang yang berbeda. Perbedaan itu bagus, karena dengan adanya perbedaan itulah suatu pasangan menjadi lebih indah dan bila coba kita lihat dunia, maka keberagaman yang ada akan memberikan keindahan, kecantikan, dan kriteria setiap sesuatu yang ada di bumi ini.

Berprasangka itu, kalau bisa dihindari kalaupun sebenarnya boleh, tapi berprasangka yang baik. Namun, untuk tahu kebenaran dari semua prasangka itu tanyakan saja akan jauh lebih baik, karena bila tidak yang akan didapatkan hanyalh sebuah penyesalan yang tak berujung dan berikan kesempatan untuk menjelaskan semuanya, karena dengan seperti itu kita akan lebih bijaksana.

Kebaikan seorang pasangan sering kita baru menyadarinya, saat dia sudah tak lagi disamping kita. Namun, ketika ada semua serasa direbutnya, serasa tak ada ruang tuk bergerak. Apapun yang diambil, konsekoensinya akan selalu ada dan jangan pernah menjadikan semuanya semau kitan dan seenak perut sendiri..
Terima kasih, bagi siapapun yang rela membaca dan meninggalkan secarik tulisan pesan dan kritikan untuk kebaikan tulisan saya berikutnya. Thanks!