Kamis, 06 November 2008

EKSISTENSI MAHASISWA

EKSISTENSI MAHASISWA
SEBAGAI AGENT OF CHANGE TAMPAK PUDAR

((Oleh : Muhammad Jakfar Sadiq / NIM. 06330072). Mahasiswa Pendidikan Biologi – FKIP – UMM_Aktivis Lembaga Dakwah Kampus. Sekretaris_Lembaga Semi Otonom (LSO) FKI – ANNAJMA – FKIP – UMM, yang tergabung dalam BKLDK.


Mahasiswa merupakan salah satu anggota masyarakat yang sering dikenal sebagai pemuda berintelektual tinggi, berakhlaq mulia dan sering dijadikan sebagai tauladan oleh masyarakat. Akankah kiranya masyarakat sampai saat ini akan tetap berasumsi demikian? Terkait berbagai permasalahan yang menimbulkan keresahan masyarakat, banyak dilakoni oleh mahasiswa yang dikenal dengan cendikiawan muda tersebut. Jawabnya, bisa ya atau tidak, hal itu bergantung pada fenomena yang ada saat ini dan menilaianya dari aspek apa.
Masyarakat berharap banyak pada pemuda khususnya mahasiswa, baik yang ada di kampung, desa atau pun di kota akan nasib anak cucunya di masa yang akan datang, seperti dalam sebuah hadits dikatakan oleh Nabi SWA., ”bahwa nasib suatu kaum di masa yang akan datang sangat bergantung pada bagaimana kondisi pemudanya di masa sekarang ”.
Jika kita mencoba menilai secara obyektif bagaimana budi pekerti yang ada pada diri mahasiswa saat ini, tetesan air mata akan perlahan membasahi pipi. Bukan disebabkan debu, tetapi dikarenakan buruknya perilaku sebagian besar mahasiswa, yang bila kita bandingkan hanya beberapa mahasiswa saja yang masih siap memberikan cahaya bagi manusia di masa-masa mendatang.
Kehidupan yang hedonisme, mabuk-mabukan, cangkruan, itulah segelintir aktivitas yang menyibukkan kebanyakan mahasiswa, sehingga mereka rela mengahabiskan waktunya tanpa mendapatkan sesuatu yang akan memberikan pengetahuan untuk mereka siap hidup di masa mendatang.
Melihat permasalahan tersebut, bagaimana nasib anak cucu bangsa ini di masa mendatang, akankah jabatan yang ada akan jatuh dan dibebankan kepada mereka? Semoga hal itu tidak pernah terjadi, karena berdasarkan hadits Nabi SWA., ”bahwa apabila suatu kaum berada di bawah seorang pemimpin yang bukan ahlinya (yang bodoh), maka tunggulah kehancurannya”.
Ini merupakan suatu peringatan bagi kita, khususnya pemuda di negeri ini untuk mempersiapkan diri, jika tidak ingin mengalami kehancuran yang semua orang tidak pernah berharap itu terjadi di negeri tercinta ini. Untuk mengubah gaya hidup kebanyakan mahasiswa kita yang masih jauh dari nilai-nilai agama, tentu bukan hal yang mudah, lalu langkah apa yang mesti dilakukan supaya mereka mau kembali pada pola hidup yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Itu merupakan tanggung jawab bersama, karena permasalahan itu berawal dari sistem pengaturan hidup yang tidak disinergiskan dengan ketetapan aturan yang sudah ada jauh sebelum kita terlahir. Untuk kembali ke jalan yang diridhoi-Nya, tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi di sini dibutuhkan satu tekad dan usaha maksimal. Seorang bayi, harus jatuh berkali-kali untuk bisa berjalan, maka begitu juga dengan pemuda yang masi berada di kegelapan, bersegaralah berlari mencari pelita yang akan menerangi hidupnya.
Keinginan untuk berubah sebenarnya ada, namun tekat masih sering munggah-mudun. Mengapa? Karena mereka masih dihantui oleh rasa takut dengan cemuhan, cercaan, makian yang akan mereka terima dari teman-temannya. Hal ini mengingatkan penulis pada perkataan tokoh Samsul dalam Novel ”DI ATAS MIHRAB CINTA” karangan Habiburrahman El Shirazy, Samsul mengatakan untuk menjadi pencopet saja harus nekat, apakah untuk mengajarkan atau belajar kebenaran masih dipikir-pikir, tentunya harus nekat juga, dong!
Eksistensi mahasiswa sebagai agent of change sudah mengalami kepudaran. Teman-teman, siapa yang akan menjadi pengemban amanat atau pemimpin negeri ini, kalau bukan kita para pemuda. Untuk itu, bagi teman-teman yang belum berubah, perubahan tidak cukup hanya dengan niat dan keinginan, namun nekat akan menghapus perasaan takut teman-teman, ingatlah perkataan tokoh Samsul di atas dan ambillah itu sebagai perisai yang akan menjadi tameng bagi teman-teman. Pemuda hari ini adalah pemimpin di masa mendatang.

Sabtu, 23 Februari 2008